Latar belakang

Myra Tiffany Pangaribuan
1 min readMar 20, 2022

“We are so look alike”

“Looks like we’ve known each other before, huh?”

Seakan mendapatkan kembali teman lamanya yang telah hilang, nona kecil begitu bahagia telah menemukan seorang figur yang begitu mirip dengannya. Baik kejadian yang telah ia lewatkan, kebiasaan, maupun garis hidupnya, awalnya terasa mirip sekali. Semua itu seraya menipu pikirannya untuk berpikir bahwa ia telah menemukan sebagian potongan hidupnya.

Layaknya perumpamaan ‘seperti pinang dibelah dua’, sang nona menemukan pinangnya yang begitu indah.

Kesamaan-kesamaan itu pun tumbuh bak garis panjang yang ditarik dengan penggaris, lurus sekali. Namun tiada sangka, seiring dengan lancangnya waktu berjalan, garisnya pun semakin memudar hingga tak lagi lurus seperti awal. Garis-garis halus itu pun mulai berbelok dan bercabang hingga membelakangi satu sama lain.

Awalnya mereka memang memiliki tujuan yang sama, berbahagia selamanya
Namun sepertinya tujuan itu mulai sirna, tak lagi untuk berpegang selamanya. Laksana dunia yang semakin pudar, tujuannya kini ialah untuk bertahan dengan tak sedikitpun menimbang rasa.

Kenyataannya memang mereka tidak akan pernah bisa memenuhi tuntutannya masing-masing. Apa yang ia butuhkan, dan apa yang nona butuhkan, memang hanya akan menemukan jalan buntunya saja.
Sepertinya, kosong pun tak apa..

Namun tak seraya kunjung menyerah,
Kedua insan ranum tersebut pun masih mengotak-atik cara ‘tuk menyambungkan cabang itu menjadi lurus kian menyatu.

Awalnya memang masih saling memapah.
Hingga tiba sampai suatu saat,
sang nona menemukan titik jenuhnya.

Mungkin…. mungkin saja… tumpuannya berat sebelah.

“Siapa tahu memang sudah waktunya untuk berkemas dan mengambil keputusan. Berlabuh sudah cerita dan garis yang tak lagi beririsan”, ucap sang nona.

--

--